ventuskiddo

Buku Mengungkap KONTROVERSI Doa Bapa Kami

Profil Penulis:

Dr. Yonathan Purnomo, S.H., M.Th.

黄子

 

(LULUSAN TERBAIK PROGRAM MAGISTER THEOLOGI di STTII SURABAYA 2021)
(LULUSAN TERBAIK PROGRAM DOKTOR THEOLOGI di STT KADESHI YOGYAKARTA 2023)

Dr. Yonathan Purnomo, S.H., M.Th., atau dikenal juga dengan nama Chinese Huangzi (黄 子) adalah seorang Penginjil, Pengkhotbah, Pengajar, Pelatih, dan Penulis Buku (author). Beliau lahir tahun 1964, menikah pada tahun 1992, telah dikaruniai 4 orang anak. Pada tahun 2019 beliau mengambil pendidikan teologi formal Program Magister Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia di Surabaya (STTII Surabaya), dan lulus pada tahun 2021 dengan predikat sebagai lulusan terbaik.

Selain sebagai seorang Penginjil, Pengajar, Pengkhotbah, dan Penulis Buku (Author); Dr. Yonathan Purnomo, S.H.,  M.Th., juga merupakan founder (pendiri) dari lembaga Biblikos Biblical Center (BBC) International. Dan bersama dengan kawan-kawan seperjuangannya, beliau sedang mempersiapkan dan membangun pelayanan bersama untuk saling memperlengkapi para Hamba Tuhan di bidang teologi biblika. Informasi tentang kegiatan Biblikos Biblical Center dapat dilihat dalam situs www.biblikos.com dan yang ingin mengetahui visi dan misi dari lembaga ini, silahkan anda melihatnya di alamat: https://www.biblikos.com/vision-mission/

Konten Buku "Doa Bapa Kami"

Berisikan 200 Lebih Study Kata Yunani

Buku ini berisikan lebih dari 200 kata Yunani dan Ibrani, dan hampir separuhnya merupakan studi kata yang disertai dengan pembahasan mulai asal kata, derivasi (turunan), infleksi (perubahan bentuk kata), paradigma kata, dan arti kata leksikal berdasarkan kajian semantik, sintaksis, konteks, histori dan teologis

Berisikan Kajian Biblika Akademik (Ilmiah)

Buku ini dapat digunakan sebagai sumber referensi berbagai karya ilmiah di bidang teologi seperti: Disertasi, Tesis, Skripsi, Jurnal, Essay, atau Makalah teologi yang bersifat kajian akademik. Di dalam pembahasannya, buku ini melibatkan berbagai bidang ilmu teologi, antara lain: Ilmu Linguistik & Gramatika (Yunani dan Ibrani), Ilmu Hermeneutika, Ilmu Eksegesis, Ilmu Kritik Tekstual, dan disertai dengan Catatan Kaki dan lebih dari 250 lebih daftar pustaka.

Buku ini sangat cocok bagi semua orang Kristen, khususnya bagi para pembelajar dan para peneliti Alkitab, seperti misalnya: Teolog, Dosen Teologi, Apologet Kristen dan Mahasiswa Teologi.

Berisikan 2 Tahun Bahan Kotbah Biblika

Buku ini berisikan bahan khotbah biblika (non doktrinal) yang bisa diolah ke dalam bentuk Khotbah Biblika / Khotbah Ekspositori minimal untuk 2 tahun atau lebih.

Buku ini sangat cocok untuk para Pengkhotbah & para Hamba Tuhan.

Berisikan Jawaban Kontroversi dan Kontradiksi

Buku ini memberikan jawaban-jawaban biblika terhadap tuduhan-tuduhan tentang adanya kontroversi atau kontradiksi dalam Alkitab Kristen tentang perbedaan “Doa Bapa Kami” versi Matius dan Lukas yang disajikan berdasarkan Analisis Linguistik dari bahasa asli Alkitab kanon (berdasarkan analisis Gramatika, Leksikal, Struktural, Semantik, dan Sintaksis), Analisis Sejarah, Analisis Kritik Tekstual, Analisis Eksegetis dan Analisis Teologis.

Buku ini sangat cocok untuk para Apologet Kristen, Dosen Teologi, Guru Kristen, Debaters Awam dan khususnya para Hamba Tuhan untuk menjawab pertanyaan kritis dari jemaat cerdas.

Berisikan instrument Kajian Teologi

Buku ini dilengkapi dengan instrument kajian teologi dengan tujuan agar pembaca dapat belajar dan menganalisa sendiri konten kajian yang terdapat dalam buku “Doa Bapa Kami” secara komprehensif tanpa harus direpotkan untuk mencari instrument yang dibutuhkan. Adapun instrument kajian teologi yang dimaksudkan adalah:

  • Kamus Studi Kata Yunani
  • Teks Alkitab Kanon Yunani
  • Morphologi Gramatika Yunani
  • Interlinear Yunani – Indonesia
  • Terjemahan Lurus Biblikos

Buku ini sangat  cocok untuk para Teolog,  Dosen Teologi, Guru Kristen, Apologet Kristen, Mahasiswa Teologi, Hamba Tuhan, dan bahkan untuk semua orang yang ingin belajar dan meneliti Alkitab secara mandiri.

Pengantar

“Doa Bapa Kami” adalah doa yang paling banyak dilantunkan umat Kristen di seluruh dunia. Doa ini bukan hanya banyak dilantunkan, tetapi juga banyak menuai kontroversi. Orang-orang Kristen sering menerima tuduhan kontroversi karena bentuk Doa Bapa Kami yang berbeda pada Versi Matius dan Lukas. Mengapa Matius dan Lukas menulis “Doa Bapa Kami” yang berbeda? Mengapa Matius dan Lukas menulis “Doa Bapa Kami” berbeda? Apakah Tuhan Yesus Kristus dengan sengaja mengajarkan dua versi “Doa Bapa Kami” yang berbeda kepada Matius dan Lukas?

Buku “Doa Bapa Kami” karya Ev. Huangzi Yonathan Purnomo hadir untuk menolong kita di dalam menjawab (secara biblika) tentang berbagai tuduhan “kontroversi” dan “kontradiksi” terhadap Alkitab; untuk lebih mengenal “Doa Bapa Kami” lebih dalam, dan yang terpenting adalah untuk mengungkap rahasia yang ada di dalamnya. Pemahaman ini sangat penting untuk menguatkan iman kita melalui doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri ketika di bumi.

Buku ini memberikan jawaban-jawaban biblika terhadap tuduhan tentang adanya kontroversi atau kontradiksi dalam Alkitab Kristen, yang disajikan berdasarkan kajian akademik berdasarkan “Analisis Linguistik” dari bahasa asli Alkitab kanon (berdasarkan analisis Gramatika, Leksikal, Struktural, Semantik, dan Sintaksis),  “Analisis Sejarah,” “Analisis Kritik Tekstual,” “Analisis Eksegetis” dan “Analisis Teologis.”

Buku ini sangat cocok untuk para “Teolog,” “Apologet Kristen,” “Dosen Teologi,” “Guru Kristen,” “Debaters Awam” “Mahasiswa Teologi” dan khususnya untuk para “Hamba Tuhan” untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis dari jemaat yang cerdas.

Dengan pertolongan dan kasih karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus, kami dari team Biblikos Biblical Center (BBC) berdoa: “kiranya anda sekalian yang sungguh-sungguh mencari Tuhan akan diberkati, Amin.”

Daftar Isi

1. Terjemahan Yang Berbeda

Berdasarkan teks Alkitab Kanon Perjanjian Baru bahasa Yunani, “Doa Bapa Kami” bukanlah “doa permohonan,” melainkan “doa ucapan syukur.” Hal ini dapat dilihat dengan mudah dari penggunaan kata kerja kala “aorist,” yang menunjukkan bahwa “tindakan yang dimaksudkan telah terjadi” (telah selesai secara sempurna di masa lampau). Implikasi dari perbedaan terjemahan bentuk aorist “yang telah terjadi” menjadi bentuk “eskatologis yang belum terjadi” tentu tidak Alkitabiah.

Baca selengkapnya kontradiksi terjemahan “Doa Bapa Kami” yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam buku kajian Ev. Yonathan Purnomo, M.Th., yang diulas sedemikian rupa dari berbagai aspek keilmuan teologi secara akademik (ilmiah). Dalam buku ini dengan sangat terbuka telah dijelaskan berbagai kajian teologis, khususnya berdasarkan:

  • Analisis gramatika bahasa Yunani,
  • Analisis kontekstual,
  • Analisis sejarah
  • Analisis kritiks tekstual,
  • Analisis eksegetis dan
  • Analisis teologis.

Silahkan baca dan bandingkan dengan terjemahan “Doa Bapa Kami” yang selama ini telah anda baca.

2. Sample Studi Kata

Dalam buku “Doa Bapa kami,” setidaknya membahas 200 lebih kata Yunani dan Ibrani. Hampir kira-kira 100 kata Yunani diuraikan secara terperinci berdasarkan parsing dan arti tekstualitas, transitivitas, modus, kala, diatesis dan kasusnya. Untuk studi kata Yunaninya, buku ini mengungkap asal kata dan turunannya, infleksi (perubahan bentuk kata dalam berbagai modus, kala, diatesis dan kasus). Ini akan menjadi bahan penggalian Alkitab yang dahsyat, baik untuk tujuan khotbah atau untuk kajian teologis dikampus. Berikut diberikan sebuah contoh dari pembahasan studi kata Yunani ἁμαρτίας (amartias) yang digunakan dalam Alkitab Perjanjian Baru. Apa arti sesungguhnya dari kata benda ἁμαρτίας (amartias)? Apa yang dimaksudkan dengan kata dosa? Jika dosa menunjuk kepada perbuatan, mengapa ada dosa asal? Dalam buku ini dijelaskan secara tuntas oleh Ev. Yonathan Purnomo, M.Th., disertai dengan sumber referensi dari asal katanya sebagaimana diperlihatkan dalam contoh di bawah ini.

b-0051 ἁμαρτίας (hamartias)

PARSING

Kata Benda ἁμαρτίας (hamartias)
Arti “dosa,” “kesalahan” atau “berada pada tempat yang salah.”
Tekstualitas Berdasarkan hubungan antar teks, struktur dan konteksnya, maka penggunaan kata benda ἁμαρτίας (hamartias) adalah menunjukkan kepada “segala dosa,” baik “dosa” yang ditimbulkan karena tindakan yang dilakukan secara aktif, maupun “dosa” yang terjadi sebagai akibat dari tindakan secara pasif (tidak melakukan yang baik, adalah dosa).
Morphologi N-APF
Akusatif Kasus akusatif biasanya menunjukkan sebagai obyek.
Jumlah Jamak.
Gender Feminin.
Kata Dasar ἁμαρτία (hamartia).

STUDI KATA

Kata Benda

ἁμαρτίας (hamartias)

Asal Kata
αμαρτανω
(hamartano)

Kata benda ἁμαρτία (hamartia) berasal dari kata kerja αμαρτανω (hamartano) yang menggambarkan “kehilangan” dalam arti “kehilangan target” (sasaran), “kehilangan jalan” atau” kehilangan arah” (bukan bicara tentang kehilangan barang atau seseorang). Kata kerja αμαρτανω (hamartano) intinya sedang menjelaskan tentang kontras antara “tujuan dan hasil,” “teori dan aplikasi” atau “maksud dan realisasi.”

Dalam Yunani klasik ada 2 buah cerita (legenda) yang menggambarkan pengertian (maksud) paling awal dari kata kerta αμαρτανω (hamartano):

1.Pertama, legenda tentang seorang ahli pelempar tombak Yunani yang sombong yang bernama Pandarus. Dalam Iliad (Il. 5.287), Homer menggambarkan tentang kegagalan Pandarus ketika melemparkan tombaknya ke arah Diomedes meleset. Dari legenda inilah kemungkinan kata kerja αμαρτανω (hamartano) diartikan “meleset.”
2.Kedua, legenda dari Athenaeus (abad ke-3) yang mengutip tulisan dari Aeschylus (abad ke-6 SM) yang menceritakan sebuah insiden pada saat perjamuan makan ada seseorang yang melemparkan bejana berbau busuk ke kepalanya, tetapi untungnya lemparan orang tersebut “meleset.” Selanjutnya diceritakan bahwa bejana berbau busuk itu hancur karena benturan dan membuat seluruh ruangan berbau sesuatu yang mengerikan (Deip. 1.30). Berdasarkan legenda ini diperoleh gambaran yang lebih lengkap dari kata kerja αμαρτανω (hamartano). Pengertiannya bukan ditujukan untuk tindakan melempar yang “meleset,” melainkan ditujukan untuk pengertian “mencemari” seluruh ruangan dengan bau busuk yang mengerikan. Filosofi dari legenda Aeschylus ini tidak mempersoalkan tentang kegagalan “lemparan yang tepat” atau “meleset,” melainkan fokus pada akibatnya yang ditimbulkan oleh lemparan itu, yaitu “mencemari seluruh ruangan dengan bau busuk.”

Dengan berjalannya waktu akhirnya pengertian kata kerja αμαρτανω (hamartano) juga ikut berevolusi, sehingga memasukkan pengertian baru yang berhubungan tentang perbedaan, misal: “perbedaan antara yang ingin diucapkan dengan apa yang akhirnya diucapkan oleh seseorang (keseleo lidah)” atau “kegagalan seseorang di dalam mempertahankan kualitas yang telah seharusnya (das solen) dengan kualitas yang terjadi (das sein).”

Pada perkembangan selanjutnya, pengertian kata kerja αμαρτανω (hamartano) mulai dikaitkan antara tindakan yang dilakukan seseorang dengan “kemutlakan ideal” (misal: standar hukum, aturan, adat, dll), dari sinilah kemudian kata kerja αμαρτανω (hamartano) diartikan sebagai “kesalahan” atau perbuatan “dosa.”

Padanan untuk kata kerja Yunani αμαρτανω (hamartano) dalam bahasa Latin adalah kata kerja “erro,” yang memiliki arti yang persis sama dengan kata kerja Yunani, taitu: “meleset dari target,” “kesasar” atau “menyimpang” dari rute ke tujuan (yang benar).

Dalam Alkitab Perjanjian Baru kata kerja αμαρτανω (hamartano) dipakai sebanyak 43 kali.

Paradigma

Paradigma awal dari kata benda ἁμαρτία (hamartia) adalah “menyimpang dari target” atau “menyimpang dari jalan yang seharusnya (yang benar),” tetapi dalam perkembangannya seiring dengan perubahan makna dari kata kerja αμαρτανω (hamartano) maka paradigma kata benda ἁμαρτία (hamartia) turut berubah menjadi “kesalahan,” (dalam pengertian kriminal) dan “dosa.”

Dalam Yunani klasik ada 2 buah cerita (legenda) yang menggambarkan pengertian (maksud) paling awal dari kata kerta αμαρτανω (hamartano):

Dengan berjalannya waktu akhirnya pengertian kata kerja αμαρτανω (hamartano) juga ikut berevolusi, sehingga memasukkan pengertian baru yang berhubungan tentang perbedaan, misal: “perbedaan antara yang ingin diucapkan dengan apa yang akhirnya diucapkan oleh seseorang (keseleo lidah)” atau “kegagalan seseorang di dalam mempertahankan kualitas yang telah seharusnya (das solen) dengan kualitas yang terjadi (das sein).”

[Kata benda Yunani ἁμαρτία (hamartia) dalam bahasa Latin adalah “sons,” yang berarti “bersalah” atau “kriminal” (dalam bahasa Inggris adalah “sin,” dalam bahasa Belanda adalah “Zijn” dan dalam bahasa German adalah “sein”)].

Dalam Alkitab Perjanjian Lama, kemunculan pertama kali kata benda “dosa” bukan pada saat Adam dan Hawa makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat, melainkan terdapat dalam Kejadian 4:7, yaitu ketika Allah memperingatkan Kain sebelum Kain membunuh adiknya Habel.

Ketika Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat, jelas itu merupakan sebuah pelanggaran yang disengaja karena sebelumnya Allah telah melarangnya (Kej. 2:16-17); tetapi ketika Kain membunuh adiknya Habil, pada saat itu belum ada larangan membunuh dari Tuhan. Jika demikian logikanya, apakah pembunuhan kain terhadap Habil boleh dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan (hukum mana yang dilanggar)? Apakah yang Allah maksudkan dengan kata “dosa” dalam Kejadian 4:7?

Dalam Alkitab Perjanjian Baru, dalam Efesus 2:1 dengan jelas Paulus membedakan antara “pelanggaran” dan “dosa,” yang bunyinya demikian: “dan kalian yang adalah sedang (menuju) kematian karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa (kalian)” [και υμας οντας νεκρους τοις παραπτωμασιν και ταις αμαρτιαις (kai umas ontas nekrous tois paraptōmasin kai tais amartiais)]

Pada jaman Yunani klasik, pemahaman tentang “kesalahan” dan “dosa” masih bersifat “statis” dan “intrinsik,” walaupun kadang ada kejadian bahwa “kesalahan” dan “dosa” dipaksakan oleh seseorang atau otoritas yang menyatakan dia bersalah.

Berbeda dengan konsep jaman modern di mana seseorang yang berbuat “kesalahan (kriminal)” tetap memiliki “status belum bersalah” sampai ia dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Itu artinya, seseorang menjadi “berdosa” bukan karena melakukan perbuatan yang salah, melainkan karena ia “ketahuan telah melakukan perbuatan yang salah” atau karena “dinyatakan bersalah” oleh otoritas pengadilan.

Tentu saja konsep “kesalahan” dan “dosa” yang demikian tidak sesuai dengan konsep Alkitab, karena Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa seseorang menjadi “berdosa” oleh sebab telah melakukan pelanggaran terhadap hukum Tuhan, bukan karena (jika) ketahuan telah melakukannya. Yang menarik disini adalah bahwa “pelanggaran berhubungan dengan perbuatan,” sedangkan “untuk menjadi berdosa tidak harus melakukan pelanggaran.” Dalam Alkitab terdapat beberapa kasus yang dapat menjelaskan perbedaan antara “pelanggaran” dan “dosa,” misalnya:

  • Tentang konsep “dosa ontologis” atau “dosa asal,” yang menyatakan bahwa semua manusia telah dilahirkan dalam keadaan “salah” atau “berdosa.” Pemazmur dengan tegas mengatakan: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” (Mazmur 51:5; Ef. 2:3).
  • Konsep “Dosa” dalam Alkitab perjanjian Baru tidak harus melakukan “pelanggaran atau kejahatan,” bahkan ketika seseorang “diam” dan “tidak melakukan apapun,” maka seseorang tersebut sudah berdosa, misalnya dalam Yakobus 4:17, yang berbunyi: “seseorang yang tahu untuk melakukan yang baik dan tidak melakukannya adalah berdosa,” [ειδοτι ουν καλον ποιειν και μη ποιουντι αμαρτια (berdosa) αυτω εστιν (eidoti oun kalon poiein kai mē poiounti amartia autō estin)].

Arti Kata

Arti kata benda ἁμαρτία (hamartia) yang lazim digunakan saat ini adalah “dosa” atau “kesalahan.”

Pengertian dari kata benda ini bukan hanya menggambarkan “dosa” atau “kesalahan” yang terjadi sebagai akibat dari perbuatan melanggar hukum Tuhan atau karena melakukan kejahatan, tetapi juga termasuk berbagai akibat dari “tindakan pasif (tidak melakukan apa-apa)” atau karena “keberadaan pada tempat yang salah” (keadaan terhilang atau tersesat).

Tindakan pasif adalah “diam tidak melakukan apapun yang baik” (Yak. 4:17), sedangkan keberadaan pada tempat yang salah adalah “hidup diluar Kristus,” yang didalam Alkitab Perjanjian baru digolongkan sebagai “orang-orang yang terhilang” atau “orang-orang yang tersesat.”

Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kata benda ini digunakan sebanyak 174 kali,

Melalui buku ini, anda akan mempelajari setiap kata Yunani yang digunakan dalam Alkitab secara lebih mendetail, karena pembahasan linguistik dilakukan berdasarkan kajian teologi dan eksegesis.

3. Sample Kajian Gramatika

Buku ini juga dilengkapi dengan kajian gramatika terhadap kata-kata yang dianggap penting, dan dilengkapi dengan catatan kaki yang menjelaskan struktur bahasa Yunani koine, sehingga pembaca dapat belajar atau menguji sendiri tentang kebenaran dari setiap kata Yunani yang dijelaskan dalam buku ini. Sebagai contoh, dalam buku ini diberikan contoh cuplikan seperti dibawah ini:

Berdasarkan bahasa Yunani ada dua partikel negatif untuk menyatakan sebuah kalimat negatif, yaitu partikel negatif οὐ (ou) untuk kalimat indikatif, dan partikel negatif μὴ (me) untuk kalimat subjungtif (lihat penjelasan dalam catatan kaki).[1]  Berdasarkan gramatikanya, penggunaan partikel negatif μὴ (me) sebelum kata kerja subjungtif sedikitnya memiliki delapan pengertian (lihat penjelasan dalam catatan kaki).[2] Dari kedelapan pengertian yang dikandung dalam kalimat negatif subjungtif, kemungkinan manakah yang dimaksudkan oleh petisi keenam Doa Bapa Kami? Apakah itu kalimat negatif biasa, ataukah itu kalimat larangan?

Kalimat Negatif biasaKalimat Larangan
Engkau telah tidak membawa kami dalam pencobaan Janganlah engkau membawa kami dalam pencobaan

Di dalam bahasa Yunani memiliki beberapa cara untuk mengatakan “jangan” (melakukan sesuatu). Salah satu caranya adalah dengan menggunakan kata negatif dengan bentuk kalimat present aktif (imperatif) yang implikasinya adalah “stop” (melakukan sesuatu). Dalam berbagai terjemahan Alkitab yang ada, biasanya bentuk kalimat negatif “tidak” hanya digunakan dalam modus indikatif, sedangkan diluar indikatif selalu diterjemahkan sebagai “jangan” atau “stop.”

[1] Dalam bahasa Yunani, partikel negatif οὐ (ou) hanya digunakan untuk modus indikatif, sedangkan partikel negatif μὴ (me) digunakan untuk modus selain indikatif (subjungtif, imperatif, optatif, infinitif dan participle).

[2] Dalam buku-buku literatur bahasa Yunani – Inggris, kalimat subjungtif hanya digunakan untuk kala present, aorist dan perfect, yang mencakup 8 kejadian: (1) “Future Condition” untuk menyatakan “ketidakpastian terpenuhinya syarat yang ditentukan.” Kalimat ini biasanya ditandai dengan penggunaan (εἰ+) dengan subjungtif dalam protasis (klausa “jika”), dan apodosis (klausa “kemudian”) dengan modus indikatif; (2) “Indefinite Clauses” biasanya mengacu pada kemungkinan atas kejadian di masa depan (kemungkinan terjadi atau ketidakmungkinan terjadi). a) “Siapapun” atau “apapun,” kalimat ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata ganti relatif (relative pronoun) dan partikel ἀν (an); b) “Dimanapun” atau “setiap kali,” ditandai dengan penggunaan ὁπου ἀν (hopu an), ὁπου ἐάν (hopu ean) atau ὀταν (hotan) [ὀτε  ἀν]; c) “sampai,” ditandai dengan penggunaan kata ἑως (heos), ἀν ἑως (an heos), ἑως οὑ (heos ou) [οὑ adalah genetif dari relatif pronoun yang menyiratkan tentang χρόνου]. (3) Untuk menyatakan “klausa tujuan” atau “klausa akhir” (klausa yang tidak diketahui tujuan akhirnya tercapai atau tidak), yang ditandai dengan penggunaan kata ἱνα (hina), ὁπως (hopos) yang keduanya dapat diterjemahkan sebagai “sehingga,” “yang,” “agar” atau “untuk.”; (4) Untuk klausa kata benda ditandai dengan penggunaan kata ἱνα (hina); (5) Untuk menyatakan klausa “subjungtif hortatori,” (tidak diketahui apakah akan disetujui atau tidak); (6) untuk menyatakan klausa “subjungtif deliberatif,” (untuk menanyakan kepada diri sendiri atau kepada orang lain apa yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu); (7) untuk menyatakan suatu “larangan untuk memulai suatu tindakan” atau “perintah untuk tidak memulai suatu tindakan” (tidak diketahui apakah perintah larangan itu akan ditaati atau tidak), kalimat ini selalu menggunakan partikel negatif μὴ (me); (8) terakhir adalah untuk menyatakan “empati negatif di masa depan,” yaitu untuk menyatakan sesuatu yang tidak akan terjadi, kalimat ini biasanya dinyatakan dengan penggunaan partikel negatif μὴ (me) + subjungtif aorist [atau dapat juga dinyatakan dengan μὴ (me) + indikatif future].

4. Sample Kritik Tekstual

Dalam beberapa hal, sepertinya dalam Alkitab memang terdapat beberapa “perbedaan teks” ataupun “perbedaan struktur gramatika” (dalam berbagai manuskrip yang ditemukan). Buku ini memberikan jawaban atas beberapa tuduhan tentang adanya ketidak-akuratan pada Alkitab. Di bawah ini diberikan sebuah contoh tentang mengapa terjadinya perbedaan manuskrip, dan bagaimana menentukan manuskrip yang sesuai dengan autograph sebagaimana ditunjukkan pada contoh di bawah ini:

Pada klausa yang kedua dari petisi yang kelima digunakan kata kerja αφιεμεν  aphiemen),[1] yang secara gramatika dalam bentuk prensent aktif indikatif, yang menunjukkan bahwa subyek (pelaku) yang melakukan tindakan secara aktif, yaitu tindakan yang dilakukan secara terus menerus sebagai kebiasaan. [Mengingat berapa kali Alkitab PB menyoroti poin ini, pembaca tentu disarankan untuk menganggap serius peringatan yang diberikan Tuhan tentang perlunya menunjukkan belas kasihan kepada orang lain, jangan sampai seseorang memutuskan diri dari perkenanan Tuhan sendiri].              

 [1] Semua manuskrip Yunani (dan versi lainnya) menggunakan αφιομεν (aphiomen) [termasuk 1 DEGKLMSUW * f13 565 1424 it vg sy-c sa bo; Didache] yang secara tradisional mengekspresikan kebiasaan. Beberapa manuskrip terkait seperti (ℵ* BZ f1 pc vg-mss) menggunakan bentuk aorist, beberapa mengklaim Peshitta untuk mendukung aorist, tetapi seperti yang dicatat dengan tepat oleh Cook (54–56), versi itu “memiliki [šəḇaqn] bentuk jamak orang pertama dari Peal, yang bagaimanapun berarti saat ini ketika menunjukkan kebiasaan atau kondisi.” Poin ini lebih lanjut didukung oleh fakta bahwa Peshitta memiliki kata yang sama dalam Lukas 11:4, di mana semua manuskrip Yunani memiliki bentuk sekarang (present). Bloomfield (GNT, 1:44-5) berkomentar, “Saya hampir tidak dapat meragukan … bahwa adalah perubahan yang berasal dari Kritikus Alex[andrian], yang berpikir bahwa ekspresi adat Aorist akan menjadi bahasa Yunani yang lebih baik.” Sebaliknya, yang lain mengklaim bahwa present tense adalah harmonisasi dengan Lukas 11:4 (lih. Metzger, 13, dkk.), tetapi hal itu tidak meyakinkan. Untuk mana yang lebih mungkin: bahwa sekitar enam manuskrip Yunani yang terkait dari sebelum abad ke-14 harus menggunakan cara alternatif dan lebih halus untuk mengekspresikan kebiasaan Koine yang ada, atau bahwa semua manuskrip Yunani lainnya dan bahkan asal Yunani dari mana semua terjemahan berikutnya diturunkan harus diselaraskan teks jauh dari versi yang lebih terkenal. Kurangnya saksi untuk dikombinasikan dengan aliansi mereka yang sering di tempat lain menunjukkan bahwa mereka kemungkinan hanya mewakili intrusi yang relatif terlambat dan terlokalisasi ke dalam tradisi manuskrip yang karenanya harus ditolak.

5. Kontak

Bagi anda yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang buku ini, silahkan kontak admin Biblikos Biblical Center (BBC) Indonesia:  

Buku lain yang akan diterbitkan:

Terbit tahun 2022 (Soon)

Terbit tahun 2022 (Soon)

Segala Kemuliaan

hanya untuk Tuhan Kita

Yesus Kristus,

Amin.

Ev Huangzi

νόμος Dalam PL​

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email

νόμος (nomos)

Kata Yunani “νόμος” (nomos), dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “hukum”, dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan “law”. Kalau dilihat dari visual kata Inggris “law”, maka dapat dipastikan, bahwa kata Inggris “law” dapat dipastikan bukan berasal dari akar kata Yunani “νόμος” (nomos). “νόμος” adalah kata benda dalam bentuk nominatif, tunggal, maskulin, yang dalam bahasa Ibraninya disebut dengan תּוֹרָה‬ (tôrāh). Secara etimologi, kata Yunani “νόμος” (nomos) berasal dari kata kerja “νεμω” (nemo), yang berarti “membagi” atau “membuang”. Jika demikian, apa sebenarnya makna dari kata “Νομος” ini?

Hukum sosial modern saat ini berasal dari gagasan kekaisaran Romawi, bahwa manusia adalah binatang buas yang membutuhkan aturan tirani untuk menjaga mereka dari kekacauan dan pertumpahan darah. Ini berbeda dengan pandangan dari Akitab, dimana manusia merupakan representasi dari gambar Allah (Kej. 1:26-27), mendapatkan berkat dan kuasa atas ciptaan yang lain (Kej. 1:28), dan Allah melihat yang dijadikan-Nya itu baik (Kej. 1:31). Gagasan Alkitab tentang “νόμος” atau “hukum” memang berlawanan dengan pandangan Romawi. Gagasan Romawi menganggap bahwa hukum adalah milik penguasa, tetapi Alkitab mengatakan sebaliknya, bahwa gagasan tentang kesadaran hukum harus muncul dari kebebasan manusia secara individu (Gal. 5:1).

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

Dalam Alkitab, “νόμος” selalu menggambarkan masyarakat yang seluruhnya terdiri dari individu-individu yang otonom dan menentukan nasib sendiri. Hukum-hukum ini ada secara alami dalam konstitusi setiap manusia, karena selain mengatur masyarakat, “νόμος” juga mengatur individu tunggal (Ulangan 30:14, Yeremia 31:33, 2 Korintus 3: 3). Kata benda Yunani “νόμος” (nomos) muncul 197 kali dalam Perjanjian Baru, dan dari kata itu telah diturunkan beberapa kata, yang sebagian memang sangat sulit untuk dipahami maksudnya.

Pada umumnya, kebanyakan orang memahami hukum hanya sebatas “aturan” atau “undang-undang”, padahal, pengertian “νόμος” jauh melampaui pengertian itu. Banyak ayat Alkitab yang menggunakan kata “νόμος” atau turunannya, dan itu sulit dimengerti oleh pembaca Alkitab, karena konsep “νόμος” yang digunakan memiliki hubungan dengan kata Ibrani תּוֹרָה‬ (tôrāh).

תּוֹרָה‬ (tôrāh)

Untuk mengetahui makna kata Yunani νόμος(nomos), ada baiknya kalau saya menyinggung sedikit tentang kata Ibrani תּוֹרָה (tôrāh). Pembahasan tentang kata Ibrani תּוֹרָה (tôrāh) ini tidak akan dilakukan terlalu mendalam (karena akan dijelaskan secara tersendiri dalam study words bahasa Ibrani), namun demikian, dengan mengetahui latar belakang pengertian kata Ibrani תּוֹרָה (tôrāh) yang terdapat dalam Pentateuch Musa, saya berharap dapat membantu anda di dalam memahami maksud Rasul Paulus tentang kata Yunani νόμος (nomos), yang digunakan dalam Roma 8: 1-2, dst. Dalam bahasa Ibrani, kata תּוֹרָה (tôrāh) berasal dari sores: ירה (yod-resh-he), yang secara asal kata merupakan bentukan dari dua huruf “yod” sebagai simbol “tangan”, dan huruf “resh” sebagai simbol “kepala”, dan kemudian ditambahkan dengan akhiran “qamat he”, sehingga membentuk kata kerja: יָרָה (yârâh) yang artinya adalah: Melempar. Dari akar kata יָרָה (yârâh), terbentuklah kata benda feminin tunggal תּוֹרָה (tôrāh) yang artinya “hukum” atau “pengajaran”, dan kata benda maskulin tunggal מוֹרֶה (môreh) yang artinya adalah “guru”. Kata תּוֹרָה (tôrāh), selain memiliki arti “hukum” juga memiliki arti “pengajaran” seperti yang dilakukan oleh seorang guru kepada muridnya, atau oleh seorang ayah kepada anaknya. Tetapi mengapa pengertian תּוֹרָה (tôrāh) sebagai “hukum” lebih dikenal daripada sebagai “pengajaran”? Menarik untuk dicermati, bahwa baik kata תּוֹרָה (tôrāh) maupun kata מוֹרֶה (môreh), keduanya memiliki asosiasi dengan kata אוֹר (ôr) yang artinya adalah “terang”. Kedua kata “Torah” dan “Môreh”, bagi orang Israel memiliki dasar teologis yang berhubungan dengan kata אוֹר (ôr), yaitu memberikan “terang” kepada “kegelapan”. Secara teologis, pengertian kata ‘hukum” berhubungan erat dengan pengajaran, dan sekaligus dengan hukuman. Pengertian ini tidak mungkin diperoleh di luar Alkitab. Jadi, ketika Alkitab menuliskan tentang “hukum”, di dalamnya bukan hanya bicara tentang “hukum”; demikian juga ketika Alkitab menuliskan tentang “pengajaran”, di dalamnya bukan hanya berisikan pengajaran tetapi juga berisikan tentang “hukum”. Pengertian yang saling berkaitan antara hukum dengan pengajaran dan hukuman, bahkan jauh lebih luas lagi, dapat dijelaskan dalam kitab Maz. 119: 97-120 yang mengatakan demikian:

97 Aku merenungkannya sepanjang hari.

98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.

99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.

100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.

101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.

102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.

103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.

97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.

98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.

99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.

100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.

101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.

102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.

103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.

104 Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.

105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil.

107 Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.

108 Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum-hukum-Mu kepadaku.

109 Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat-Mu tidak kulupakan.

110 Orang-orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu.

111 Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.

112 Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir.

113 Orang yang bimbang hati kubenci, tetapi Taurat-Mu kucintai.

114 Engkaulah persembunyianku dan perisaiku; aku berharap kepada firman-Mu.

115 Menjauhlah dari padaku, hai penjahat-penjahat; aku hendak memegang perintah-perintah Allahku.

116 Topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku.

117 Sokonglah aku, supaya aku selamat; aku hendak bersukacita dalam ketetapan-ketetapan-Mu senantiasa.

118 Engkau menolak semua orang yang sesat dari ketetapan-ketetapan-Mu, sebab sia-sia tipu muslihat mereka.

119 Sebagai sanga Kauanggap semua orang fasik di bumi; sebab itu aku mencintai peringatan-peringatan-Mu.

120 Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau, aku takut kepada penghukuman-Mu.

Mungkin agak membingungkan bagi orang modern di dalam memahami arti kata “hukum” dalam “Torah”. Bagaimana mungkin pengertian “Torah” sedemikian luas? Dalam setiap ayat yang diungkapkan oleh Mazmur, selalu mengandung perkataan: Torat, perintah-perintah, peringatan-peringatan, titah-titah, hukum-hukum, pengajaran, janji, firman, terang, perisai, ketetapan, dan hukuman. Bagi orang Israel, bicara tentang Torah bukan sekedar bicara tentang hukum, melainkan sedang bicara tentang segala hal. Jadi, ketika anda membahas kata “νόμος” (nomos) di dalam Perjanjian Baru, memang sebaiknya jangan berpikir sebagaimana anda memahami pengertian hukum yang ada saat ini.

Bersambung bagian nomos 2.

[1] Strong’s 4176

[2] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Pengertian lain dalam KBBI, hukum adalah undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. KBBI juga menjelaskan arti hukum adalah patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu. Dalam KBBI hukum berarti keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan) atau vonis. Menurut Kamus Oxford, hukum adalah sistem peraturan yang diakui oleh suatu negara atau komunitas tertentu sebagai pengatur tindakan para anggotanya dan yang dapat ditegakkan dengan pengenaan hukuman. Dalam Kamus Cambridge, hukum adalah aturan, biasanya dibuat oleh pemerintah, yang digunakan untuk mengatur cara perilaku masyarakat. Hukum diartikan sebagai sistem aturan negara, kelompok, atau bidang kegiatan tertentu. Hukum juga berarti aturan umum yang menyatakan apa yang selalu terjadi ketika ada kondisi yang sama.

Share
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Preposisi Dasar & Belajar Kata Kerja Rangkap Yunani (Preposisi #1)

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Biblikos Biblical Center (BBC) || Belajar Yunani Koine || https://www.biblikos.com || Dipandu oleh: Yonathan Huangzi & Fendy Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkannAllah ya. Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya. Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika. Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Menggunakan Kata Benda | Deklensi 1 Feminin Berakhiran “η” & “α”

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Biblikos Biblical Center (BBC) || Belajar Yunani Koine || https://www.biblikos.com || Dipandu oleh: Yonathan Huangzi & Fendy Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkannAllah ya. Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya. Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika. Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

Study Kata γύναι (gunai) dalam Yohanes 2: 4 “Mengapa Yesus memanggil ibunya dengan sebutan O Gunai?”

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email

“Mengapa Yesus memanggil ibunya dengan sebutan O Gunai?”

Yohanes 2:4 

TR (Greek)

λέγει αὐτῇ ὁ Ἰησοῦς· τί ἐμοὶ καὶ σοί, γύναι; οὔπω ἥκει ἡ ὥρα μου
Transliterasi: legei autē ho Iēsous ti emoi kai soi, gunai oupō hēkei hē hōra mou.

KJV (English)

Jesus saith unto her, Woman, what have I to do with thee? mine hour is not yet come.

CKJVSD (Chinese)

耶稣说:妇人,我与你有什么相干?我的时候还没有到。
Transliterasi: Yēsū shuō: Fù rén, wǒ yǔ nǐ yǒu shé me xiānggān? Wǒ de shíhòu hái méiyǒu dào.

LAI-ITB 74

Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”

LAI-ITL

Maka kata Yesus kepadanya, “Hai perempuan, apakah yang kena-mengena di antara Aku dengan engkau? Saat-Ku belum sampai.”

Berkenaan dengan penterjemahan kata: γύναι (gunai) dalam Yoh. 2: 4 diatas, seseorang bertanya demikian:

Sering para polemikus2 diluar sana mengatakan bahwa Yesus itu tidak sopan terhadap orang-tuaNya. Itu jadinya gimana pak? Padahal disatu sisi Yesus sebagai pelaku Torah mengajarkan “Hormatilah ayah dan ibumu” (titah 5 dr 10 hukum Musa), apakah ini tidak kontradiksi pak..? Terimakasih.

Mari kita belajar kata ini, dengan tujuan untuk mencari tahu apa makna yang sebenarnya dari kata γύναι, dan apakah Tuhan Yesus telah melakukan tindakan yang tidak hormat terhadap orangtua-Nya sendiri?

Penjelasan Umum

Kata: γύναι adalah kata benda dalam bentuk vocative (feminine tunggal) dari kata γυνή yang dalam kamus Billmounce artinya adalah: Seorang wanita (a woman), Mat. 5:28, dkk.; seorang wanita yang telah menikah (a married woman), atau istri (wife), Mat. 5:31, 32; 14:3, dkk.;

Dalam Alkitab terjemahan bahasa inggris, hampir semuanya menterjemahkan bentuk voc. ὦ\ γύναι, sebagai: O woman! (KJV, NIV, NLT, ESV, BSB, NASB, HCSB, ISV, NETB, ASV, YLT, WEB, WNT, WBT, ERV, DBT, DRB, dll); Yaitu sebuah ucapan yang umum dipakai / cara biasa untuk menyapa seorang perempuan dalam setiap keadaan ketika bertemu. Kata ini juga digunakan oleh Gereja, dengan pengertian sebagai dipersatukan dengan Kristus, lihat Wahyu 19: 7; 21: 9.

            Penelusuran penggunaan kata γυνη ke dalam bahasa Indo-Eropa yang lebih tua, misalnya dalam bahasa Belanda dan Jerman kuno (Vrou/Frau) tidak membedakan antara pengertian “perempuan” dan “istri” (pengertian sesungguhnya dapat diperoleh melalui konteks dan kejadian), dan jejaknya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dari penggunaan awalan bahasa Inggris “gyno”. Penggunaan kata Yunani koine γυνη dalam Alkitab tidak membedakan secara jelas, apakah teks tersebut sedang berbicara tentang “seorang wanita pada umumnya” atau sedang berbicara tentang “seorang istri” (lihat dan bandingkan: Mat. 13:33 dan 1 Kor. 7:2). Pengertian yang sebenarnya hanya dapat dipahami berdasarkan terminologi dan tradisi yang berlaku saat kejadiaan pada jaman itu berdasarkan konteksnya (jadi, jangan menggunakan penafsiran berdasarkan pemahaman jaman ini). Di dalam Alkitab, kata γυνη secara keseluruhan digunakan sebanyak 221 kali.

Pengertian tentang arti kata Perempuan dan Istri

Di dalam Alkitab, kadang kita menemukan beberapa konteks yang tidak jelas, dimana kata benda γυνη tidak memberikan petunjuk yang jelas, apakah kata tersebut berarti “perempuan” atau”istri”? Sehingga menimbulkan berbagai perdebatan. Sebagai misal silahkan buka alkitab anda dan mulai membandingkannya: 

  • 1 Pet. 3: 7  Apakah hanya istri yang dimaksudkan dengan bejana yang lemah, ataukah termasuk anak perempuan dan para pembantu? Dalam teks bahasa Yunani dikatakan: “οἱ ἄνδρες ὁμοίως συνοικοῦντες κατὰ γνῶσιν, ὡς ἀσθενεστέρῳ σκεύει τῷ γυναικείῳ ἀπονέμοντες τιμήν, ὡς καὶ συνκληρονόμοις χάριτος ζωῆς, εἰς τὸ μὴ ἐνκόπτεσθαι τὰς προσευχὰς ὑμῶν”(Transliterasi: hoi andres homoiōs sunoikountes kata gnōsin, hōs asthenesterō skeuei tō gunaikeiō aponemontes timēn, hōs kai sunklēronomois kharitos zōēs, eis to mē enkoptesthai tas proseukhas humōn); Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris kata Yunani untuk kata γυναικείῳ (Ks/datif/tunggal/netral) diterjemahkan sebagai: Istri atau  wife (lih. dan bandingkan), bukan sebagai seorang perempuan.
  • 1 Tim. 2: 12 Apakah semua perempuan yang dilarang untuk mengajar, ataukah hanya istrinya? Dalam teks bahasa Yunani dikatakan: “διδάσκειν δὲ γυναικὶ οὐκ ἐπιτρέπω, οὐδὲ αὐθεντεῖν ἀνδρός, ἀλλ’ εἶναι ἐν ἡσυχίᾳ”.(Transliterasi: didaskein de gunaiki ouk epitrepō, oude authentein andros, all einai en hēsukhia). Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk kata γυναικὶ (kb/datif/tunggal/feminin) diterjemahkan sebagai: seorang perempuan bukan sebagai seorang istri (lih. dan bandingkan)
  • 1 Tim. 3: 11 Apakah semua wanita harus bermartabat ataukah hanya istri saja yang harus bermartabat? Dalam teks bahasa Yunani dikatakan: “γυναῖκας ὡσαύτως σεμνάς, μὴ διαβόλους, νηφαλίους, πιστὰς ἐν πᾶσιν” (Transliterasi: gunaikas hōsautōs semnas, mē diabolous, nēphalious, pistas en pasin ). Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk kata γυναῖκας (kb/akusatif/jamak/feminin) diterjemahkan sebagai: istri-istri bukan sebagai perempuan-perempuan (lih. dan bandingkan).

Perbedaan kata γυνη dan kata γινομαι

          Hati-hati dengan perbedaan kedua kata Yunani di atas, karena keduanya memiliki kemiripan visual, antara kata γυνη dan kata γινομαι yang artinya “menjadi” atau “mulai menjadi”. Kata γυνη adalah kata benda yang berasal dari kata Yunani γη yang berarti bumi. Kata γυνη memiliki sinomim dalam bahasa Yunani: θῆλυς  (thelus: ks/nominatif/tunggal/netral) yang artinya adalah “perempuan”, sebagai lawan kata dari ἄρσην (arsen: ks/nominatif/tunggal/netral) yang berarti “laki-laki”. Penggunaan kedua kata ini dapat anda lihat dalam Galatia 3:28 “οὐκ ἔνι Ἰουδαῖος οὐδὲ Ἕλλην, οὐκ ἔνι δοῦλος οὐδὲ ἐλεύθερος, οὐκ ἔνι ἄρσεν καὶ θῆλυ· ἅπάντες γὰρ ὑμεῖς εἷς ἐστε ἐν Χριστῷ Ἰησοῦ” (Transliterasi: ouk eni Ioudaios oude Hellēn, ouk eni doulos oude eleutheros, ouk eni arsen kai thēlu hapantes gar humeis heis este en Khristō Iēsou). Yang mana kata ἄρσεν καὶ θῆλυ, baik dalam terjemahan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, tanpa keraguan keduanya telah diterjemahkan sebagai: Laki-laki dan perempuan.

Jika dikembangkan lebih jauh keakar katanya, maka kata θῆλυς bisa digunakan untuk manusia, hewan, bahkan tumbuhan, termasuk segala sesuatu yang sifatnya lembut jika dipeluk. Oleh sebab itu, kata kerja θηλαζω (thelazo) yang artinya: “menyusu” sangat berhubungan erat dengan wanita, dan berhubungan erat juga dengan kata  θαομαι (thaomai) yang artinya: “menghisap”, identik dengan “mengagumi”, dan masih berkaitan dengan kata kerja: θεαομαι (theaomai) yang bisa diartikanagai seb: “menatap”, “Merenungkan”, dan “mengagumi”. Dan bilamana kata ini ditarik lebih jauh, maka kata ini memiliki asosiasi dengan kata θεωρια (theoria) yang berarti “teori” atau “benda yang diamati”. Bahkan, secara etimologi, kedua kata  θεα (thea) dan θεος (theos), yang berarti “dewi” dan “dewa” juga memiliki asosiasi dengan kata θῆλυς.

Derivative kata Yunani γυνη

  1. Γυναικαριον (gunaikarion) adalah bentuk kecil dari kata γυνη, yang berarti “perempuan kecil” atau “anak perempuan” yang menyiratkan ketidakwasaan dan mudah ditipu. Penggunaannya dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dalam 2 Tim. 3: 6 “ἐκ τούτων γάρ εἰσιν οἱ ἐνδύνοντες εἰς τὰς οἰκίας καὶ αἰχμαλωτίζοντες γυναικάρια σεσωρευμένα ἁμαρτίαις, ἀγόμενα ἐπιθυμίαις ποικίλαις” (Transliterasi: ek toutōn gar eisin hoi endunontes eis tas oikias kai aikhmalōtizontes gunaikaria sesōreumena hamartiais, agomena epithumiais poikilais), dimana kata γυναικάρια (kb/akusatif/jamak/netral| Nom: τό γυναικάριον ) oleh LAI diartikan dengan “perempuan-perempuan”, dan oleh KJV diterjemahkan dengan “women”. (Cat: Dalam gramatika Yunani, pembentukan kata dalam bentuk kecil sering kali menggunakan kata akhiran ion).
  2. Γυναικωνιτις (gunaikonitis) artinya adalah “tempat wanita”, merupakan sebuah istilah umum yang digunakan untuk tempat tinggal para wanita, baik di rumah, di Istana, di asrama, di kuil, dll. Dalam Perjanjian Baru kata ini tidak ditemukan.
  3. Γυναικειος (gunaikeios) adalah kata sifat yang artinya adalah “feminin”, dengan penggunaan berlaku untuk apapun yang biasanya bersifat feminin, mulai dari perilaku, pakaian, tempat tinggal, dsb. Kata ini dalam Perjanjian Baru hanya muncul sekali dalam 1 Pet. 3: 7 “οἱ ἄνδρες ὁμοίως συνοικοῦντες κατὰ γνῶσιν, ὡς ἀσθενεστέρῳ σκεύει τῷ γυναικείῳ ἀπονέμοντες τιμήν, ὡς καὶ συνκληρονόμοις χάριτος ζωῆς, εἰς τὸ μὴ ἐνκόπτεσθαι τὰς προσευχὰς ὑμῶν” (Transliterasi: hoi andres homoiōs sunoikountes kata gnōsin, hōs asthenesterō skeuei tō gunaikeiō aponemontes timēn, hōs kai sunklēronomois kharitos zōēs, eis to mē enkoptesthai tas proseukhas humōn). Kata γυναικείῳ (gunaikeio: ks/datif/tunggal/netral)berasal dari kata nominatif γυναικεῖος (gunaikeios). Ayat ini secara gramatikal ingin menunjukkan / menegaskan tentang sifat femininnya seorang wanita dibandingkan daripada orangnya. Sepertinya dalam terjemahan bahasa Indonesia tidak menterjemahkan kata σκεύει sebagai kapal, yang oleh KJV diterjemahkan sebagai “vessel” (kapal, bejana, pembuluh), padahal kata σκεύει (kb/datif/tunggal/netral) yang dalam bentuk nominatifnya adalah: τό σκεῦος, dimana sebenarnya arti tepatnya adalah “secara fisik” atau “tubuh”. Dalam pengertian ini, Petrus menggunakan kata γυναικεῖος untuk menyatakan bahwa di dalam sebuah rumah tangga, seorang suami harus mengasihi istrinya dan meninggalkan stratifikasi yang umum sosial berdasarkan kapasitas fisik yang dimiliki oleh seorang wanita (feminin/ lebih lemah).

Analisa Leksikal terhadap Yohanes 2:4 Tentang penggunaan kata γύναι

Pada bagian awal telah dijelaskan, bahwa kata: γύναι adalah kata benda dalam bentuk vocative (feminine tunggal) dari kata γυνή yang dalam kamus Billmounce artinya adalah: Seorang wanita (a woman), Mat. 5:28, dkk.; seorang wanita yang telah menikah (a married woman), atau istri (wife), Mat. 5:31, 32; 14:3, dkk.; Pertanyaannya: Apakah panggilan Yunani γύναι merupakan panggilan yang merendahkan atau justru panggilan kehormatan? Beberapa kritikus Alkitab mengatakan bahwa panggilan γύναι yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada ibunya merupakan sebuah panggilan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang pelaku Torah yang mengajarkan: “Hormatilah orangtuamu”. Untuk menjawab masalah ini, marilah kita membandingkan berbagai terjemahan kata γύναι kedalam bahasa lain.

Dalam berbagai Alkitab terjemahan, kata γύναι umumnya diterjemahkan sebagai: “hai perempuan”, “hai ibu”, atau “hai istri”. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris KJV, γύναι diterjemahkan dengan “o women” (perempuan) atau “o wife” (istri); dalam Alkitab terjemahan bahasa Chinese diterjemahkan dengan “女人 / 女子” (Nǚrén/ nǚzǐ | Perempuan), “妇人” (Fù rén | Ibu yang terhormat), dan “妻子” (Qīzi | Istri). Bagaimana dengan Alkitab terjemahan bahasa Indonesia? Dalam dua versi terjemahan yang ada, yaitu ITB74 dan ITL, pada prinsipnya juga menggunakan 3 macam penterjemahan, walaupun pada ayat yang berbeda, yaitu: “hai perempuan”, “hai Ibu”, dan “hai istri”. Perbandingan terjemahan kata γύναι ke dalam bahasa Inggris, Chinese dan bahasa Indonesia dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Ayat

Greek

TR

English

KJV

Chinese

CKJVSD/S

Indonesia

LAI-ITB 74

Indonesia

LAI-ITL

Mat. 15: 28

γναι

Woman

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

Hai ibu

Hai perempuan

Luk. 13: 12

γναι

Woman

(perempuan)

女人

(Perempuan)

Hai ibu

Hai ibu

Luk. 22:57

γναι

Women

(perempuan)

女子

(perempuan)

Tidak ada

Hai perempuan

Yoh. 2: 4

γναι

Women

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

ibu

Hai perempuan

Yoh. 4: 21

γναι

Women

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

Hai perempuan

Hai perempuan

Yoh. 19: 26

γναι

Women

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

ibu

Hai perempuan

Yoh. 20: 13

γναι

Women

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

ibu

Hai perempuan

Yoh. 20: 15

γναι

Women

(perempuan)

妇人

(Ibu terhormat)

ibu

Hai perempuan

1 Kor. 7: 16

γναι

O wife

(hai istri)

妻子

(istri)

Hai istri

Hai istri orang

Bersambung…

Mohon Tanggapan dari anda mengenai program study word dan pembuatan kamus yunani indonesia yang terintegrasi. Tanggapan dan respon anda penting bagi kami untuk menentukan apakah program ini berguna dan harus dilanjutkan atau harus dihentikan. Untuk itu berikan komentar anda di kolom komentar serta doa dan dukungan anda.

NB: jika artikel ini bermanfaat bagi anda, silahkan bagikan kepada kawan-kawan anda agar kami mendapatkan masukkan dari lebih banyak orang.

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Penggunaan & Perubahan Kata Kerja εἰμὶ Untuk Orang: Pertama & Kedua & Ketiga

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Biblikos Biblical Center (BBC) || Belajar Yunani Koine || https://www.biblikos.com || Dipandu oleh: Yonathan Huangzi & Fendy Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkannAllah ya. Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya. Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika. Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:

Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Menggunakan 3 Bentuk Kata Sifat | Atributive & Predicative & Substantive

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Biblikos Biblical Center (BBC) || Belajar Yunani Koine || https://www.biblikos.com || Dipandu oleh: Yonathan Huangzi & Fendy Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkannAllah ya. Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya. Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika. Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

RAHASIA KUASA RHEMA

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Biblikos Biblical Center

Oleh: Ev. Yonathan Huangzi & Friends

Rhestoran Malam: RHEMA https://www.biblikos.com

Manusia hidup bukan hanya oleh roti, tetapi juga Firman yang menghidupkan. Temukan rahasia kekuatan Rhema untuk hidup kita….

Jika anda merasa diberkati oleh layanan kami, silahkan isi komentar dan share kepada sahabat dan kerabat anda. Terimakasih

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Kata Ganti | Personal Pronoun Orang Pertama & Kedua & Ketiga (Tunggal & Jamak)

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Dipandu oleh: Yonathan Huangzi 

Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkann Allah ya.

Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya.

Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika.

Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
Ev Huangzi

YUNANI KOINE: Belajar Menggunakan Kata Benda | Deklensi 2 Maskulin berakhiran “ος”

Klik Gambar untuk melihat konten Youtube

Dipandu oleh: Yonathan Huangzi & Fendy

Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah, oleh sebab itu, setiap orang Kristen wajib untuk menjaga ineransi (ketidak bersalahan) Alkitab dengan cara minta pimpinan Roh Kudus ketika membaca, menterjemahkan dan menafsirkann Allah ya.

Kata kunci yang harus diperhatikan disini adalah: “Firman Allah tidak mungkin salah, jika salah, itu bukanlah Firman Allah”, oleh sebab itu kita sebagai orang kristen juga tidak boleh salah dalam membaca, menterjemahkan dan menafsirkannya. Ineransi Alkitab, bahwa Firman Allah tidak mungkin salah, mengharuskan kita bertanggung jawab dalam membaca, menterjemahkan atau menafsirkannya.

Salah satu cara menghindarkan kesalahan adalah dengan cara belajar bahasa asli Alkitab, dan bagaimana cara menterjemahkannya. Itu membutuhkan pengetahuan dan keahlian, baik dibidang linguistik, metodologi dan ilmu hermeneutika.

Mari bersama dengan “Biblikos” kita memperlegkapi diri dengan belajar eksegesis Ibrani dan Yunani, agar kita tidak memberitakan Firman yang salah, melainkan menjadi berkat bagi semua orang. Salam biblikos, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberkati anda sekalian.

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
error: