Ev Huangzi

KAJIAN EKSEGESIS MAKNA KATA “Πρωτότοκος” DALAM KOLOSE 1:15

KAJIAN EKSEGESIS MAKNA KATA “Πρωτότοκος” DALAM KOLOSE 1:15

Ditulis oleh: Ev Huangzi​
Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email

Kajian eksegesis ini, yang berjudul: Kajian Exegesis makna kata “Πρωτότοκος” DALAM KOLOSE 1:15 adalah hasil penelitian Ev. Huangzi (Mahasiswa magister theologi STTII Surabaya). Dalam versi lengkapnya, terdapat 9 langkah analisa Grassmick, namun dalam situs ini hanya akan dibagikan 3 langkah analisa saja (yaitu: analisa gramatika, analisa leksikal, dan analisa kontekstual) dan kesimpulannya. Karena terlalu panjang, maka sisanya, 6 langkah analisa (struktural, histori, literatur, tekstual/ kritik teks, teologis dan eksegetis) & pembahasan eksegesis tidak diposting disini; tetapi jika anda membutuhkannya, silahkan menghubungi penulis untuk mendapatkan versi lengkapnya. TYM.

PENDAHULUAN

Surat Kolose dikenal sebagai sebuah surat Paulus yang paling diperdebatkan[1], dan salah satu tulisannya tentang Kristologi Kosmik dalam Kolose 1:15 merupakan salah satu ayat yang diakui sangat sulit untuk diterjemahkan dan ditafsirkan. Ada sebuah keunikan terhadap pernyataan Paulus disini, dimana, disatu sisi tulisan Paulus sangat minim dengan masalah yang berhubungan dengan kritik tekstual, tetapi dilain sisi memiliki masalah leksikal, masalah sintaksis dan masalah sejarah yang sangat melimpah. 

Di dalam dunia teologi, memang ada beberapa teks dalam Alkitab yang tidak pernah disepakati secara tuntas dan menyeluruh oleh para komentator kuno maupun komentator modern. Dalam kasus Kolose, ketidaksepakatan tersebut bukan semata-mata hanya melulu pada arti kata dari semua kata yang digunakan oleh Paulus, tetapi yang lebih krusial adalah, para komentatoor Alkitab tidak pernah dapat menetapkan dasar kesepakatan terhadap ayat tersebut, baik secara keseluruhan maupun secara terperinci.

LATAR BELAKANG MASALAH

Kolose 1:15 sangat terkenal karena menggunakan bahasa dan (memiliki) makna teologis yang khas, yang disebut dengan “Kristologi Kosmik”. Ada semacam nuansa tertentu dan sepertinya Paulus sedang mengekspresikan sesuatu yang penting, antara tema Kristologi dan tema Kosmologi. Nuansa yang tercakup daalam ayat ini memiliki spektrum pandangan yang sangat luas,1 mulai dari pandangan yang bersifat konservatif hingga liberal. Dibandingkan dengan tulisan-tulisan Paulus yang lainnya, tulisan Paulus disini ternyata memiliki terminologi dan konstruksi sintaksis yang sangat unik. Dan ternyata, menafsirkan dan pemahaman seseorang atas ayat ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Kristologi orang tersebut.[2] Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian sempat dibandingkan dengan teks-teks Platonik dari kitab suci Yahudi yang diekspresikan dalam korpus Filonik.[3] Oleh sebab itulah, beberapa komentator menyimpulkan bahwa tulisan Paulus dalam Kolose merupakan demontrasi kekhasan yang seringkali disebut sebagai korpus Paulinum.

Dalam perikop yang lebih luas, jika dimulai dari Kolose 1:9-20, kemudian dipersempit menjadi Kolose 1:15-20, dan kemudian dipersempit lagi hanya Kolose 1:15; maka akan dijumpai beberapa bagian yang mengekplorasi tentang siapakah Kristus, tentang hubungan Kristus dengan Allah, tentang hubungan Krisrus dengan penciptaan, tentang kosmologi, dan tentang keberadaan Kristus sendiri di dalam Kolose 1:15, dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut sebagai “yang sulung” (ITB), yang dalam bahasa aslinya (Yunani) menggunakan kata : “πρώτοτοκος”. 

Dalam tesis (makalah) ini, tidak akan membahas secara menyeluruh dan terperinci dari setiap ayat dan setiap kata beserta dengan sintaksisnya, melainkan hanya akan fokus pada penelitian kata “πρώτοτοκος” yang digunakan oleh Paulus, yang sempat diulang sebanyak dua kali, yaitu yang terdapat dalam ayat 15 dan ayat 18.  

Banyak pertanyaan yang muncul sehubungan dengan penggunaan kata “πρώτοτοκος” oleh Paulus dalam Kolose 1:15 tersebut. Apakah pengertian yang dimaksudkan oleh Paulus tentang kata “πρώτοτοκος” yang digunakan dalam Kolose 1:15? Apakah Kristus adalah ciptaan? Ataukah Kristus adalah pencipta? Apakah pengertian kata “πρώτοτοκος” yang digunakan dalam Kolose 1:15 sama (paralel) dengan pengertian kata “πρώτοτοκος” yang digunakan Paulus dalam Kolosde 1:18? (bandingkan juga dengan Wahyu 1:5). Dan masih banyak lagi pertanyaan krusial lainnya yang berhubungan dengan kata “πρώτοτοκος” itu.

Oleh sebab itu, untuk mendapatkan kepastian tentang pengertian yang sesungguhnya, yaitu pengertian yang dimaksudkan oleh Paulus, maka penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian (eksegesis) terhadap kata “πρώτοτοκος” tersebut, dengan judul tesis (makalah): “Kajian Eksegesis Makna Kata “πρώτοτοκος” dalam Kolose 1:15”.

EKSEGESIS

Analisa eksegesis yang digunakan adalah analisa eksegesis Grasmick, yaitu analisa eksegesis 9 langkah sebagai-berikut:

1. ANALISA GRAMATIKA KOLOSE 1:15

  1. Greek TR: ὅς ἐστιν εἰκὼν τοῦ θεοῦ τοῦ ἀοράτου, πρωτότοκος πάσης κτίσεως,
  2. Parsing dan Analisa  
    • ὅς (Relatif pronoun, Nominative, Singular, Masculine) = yang
      Penjelasan:
      Dalam bagian ini dimulai dengan kata ganti relatif “ὅς”. Rujukannya dapat ditemukan dalam  ayat. 13, “τοῦ υἱοῦ τῆς ἀγάπης αὐτοῦ”  (Putranya yang terkasih). Jadi, subjek dari apa yang tertulis dalam ayat 15 (diikuti hingga ayat 15-20) adalah tentang Yesus Kristus, yaitu Putra terkasih Allah. Paulus menghubungkan kata ganti “ὅς” dengan “εἰκών” melalui kata kerja kopulatif  “εἰμί”.
    • ἐστιν (Verb, Present Aktif Indikatif, 3rd person, Singular) = dia sedang adalah
      Penjelasan:
      ἐστιν adalah kata kerja dalam bentuk Presen Aktif Indikatif dari orang ketiga tunggal yang artinya adalah: “Dia sedang adalah”, yang menjaelaskan tentang hubungan antara kata ganti “ὅς” dengan kata benda “εἰκών” dalam bentuk nominatif.
    • εἰκὼν (Noun, Nominative, Singular, feminine) = gambar
      Penjelasan:
      Tentang εἰκὼν, dalam pernyataan Paulus yang ditujukan kepada Kristus yang adalah “εἰκὼν”, menjelaskan tentang Kristus yang adalah: “ εἰκὼν τοῦ θεοῦ τοῦ ἀοράτου” (gambar Allah yang tidak kelihatan), secara khusus dihubungkan dalam ayat yang sama, bahwa εἰκὼν tersebut adalah sang πρωτότοκος.
    • τοῦ (Definite article, Genetive, Singular, Masculine)
      Penjelasan:
      Artikel tertentu dalam bentuk genetif, sudah jelas.
    • θεοῦ (Noun, Genetive, Singular, Masculine) = Allah
      Penjelasan:
      θεοῦ adalah kata benda dalam bentuk genetif yang menjelaskan tentang pribadi Allah yang tidak kelihatan yang kaitannya dengan Kristus yang adalah gambar-Nya.
    • τοῦ (Definite article, Genetive, Singular, Masculine)
      Penjelasan:
      Cukup jelas.
    • ἀοράτου (Adjective, Genetive, Singular, Masculine) = yang tidak kelihatan
      Penjelasan:
      Kata “ἀοράτου” berasal dari kata “α” yang artinya “tidak” + “οράτος” yang artinya “terlihat/ kelihatan”. Jadi, Kristus yang adalah gambar Allah, adalah gambar Allah yang sebenarnya tidak kelihatan, yang menjadi daging (lih. Yoh. 1:14) agar menjadi kelihatan bagi manusia.
    • πρωτότοκος (Adjective, Nominative, Singular, Masculine, Superlative) = yang sulung/ yang lebih utama
      Penjelasan:
      πρωτότοκος adalah kata sifat dalam bentuk substantif, yang artinya yang sulung, yang sifatnya adalah superlatif atau tingkatan dalam urutan. Pengertian ini bisa berarti urutan dalam artian yang sebenarnya (urutan kelahiran dari seorang ibu), tetapi bisa juga urutan tertinggi yang diberikan sebagai status yang terutama atau yang diutamakan.
    • πάσης (Adjective, Ablative (Genetive), Singular, Feminine) = dari segala
      Penjelasan:
      Kata πάσης, berasal dari kata πάς, yang artinya seluruhnya, semuanya, atau segala sesuatu. Dalam bentuk genetif ablatif, maka pengertian kata πάσης dapat diartikan dengan “dari segala sesuatu”.
    • κτίσεως (Noun, Genetive, Singular, Masculine) = ciptaan
      Penjelasan:
      κτίσεως adalah kata benda yang artinya adalah ciptaan, yaitu segala sesuatu yang diciptakan, yang bilamana dikaitkan dengan bagian ayat 16, maka ciptaan tersebut menunjuk kepada yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik yang di sorga maupun di bumi, termasuk didalamnya segala tahta, pemerintahan, kedaulatan, maupun otoritas.
  3. Terjemahan lurus:
    ὅς {yang} ἐστιν {dia sedang adalah} εἰκὼν {gambar} τοῦ θεοῦ {Allah itu} τοῦ ἀοράτου {yang tidak kelihatan}, πρωτότοκος {yang sulung/ yang lebih utama} πάσης {dari segala} κτίσεως {ciptaan}.
    Yang (dia) sedang adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung (yang lebih utama) dari segala (sesuatu) ciptaan.
  4. Diagram[4]

2. ANALISA LEKSIKAL KATA “πρωτοτοκος”

Kata “πρώτοτοκος” dalam bentuk nominatif, digunakan sebanyak 40 kali dalam PL (LXX), dan 3 kali dalam PB (2 diantaranya terdapat dalam Kolose 1:15&18; dan 1 terdapat dalam Wahyu 1:5). Penggunaan kata “πρώτοτοκος” baik dalam PL maupun dalam PB dapat diterangkan sebagai berikut:

  1. Kata “πρώτοτοκος” berasal dari kata “πρώτο + τοκος”, dimana kata “πρώτο” artinya adalah: “yang pertama”, dan kata “τόκος” artinya: “bunga”,[5] “kelahiran anak”, atau “proses kelahiran”.[6]
  2. Kata “πρώτοτοκος” dalam hampir semua terjemahan Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata “firstborne”, dan dalam bahasa Indonesia ITB (Indonesia Terjemahan Baru) diterjemahkan dengan “yang sulung” (lih. Kolose 1:15 & 18) atau diterjemahkan dengan “yang pertama” (lih. Wahyu 1:5).
  3. Kata “πρώτοτοκος” pada umumnya digunakan untuk manusia, namun juga digunakan untuk binatang (lih. LXX. Ul. 33:17)
  4. Kata “πρώτοτοκος” memiliki arti literal dalam artian, yaitu “urutan yang pertama” dari suatu kelahiran secara harafiah dari seorang ibu, tetapi juga bisa memiliki arti kiasan dalam artian, yaitu “dijadikan yang pertama” (lih. Yer. 31:9; 1 Taw. 5:1; Kej. 48:17-19) bukan karena urutan kelahiran.
    Alkitab mencatat, bahwa anak sulung Israel (yakub) adalah Ruben yang dilahirkan oleh Lea, tetapi dalam kitab Tawarik 5:1, hak kesulungan Ruben diberikan kepada keturunan Yusuf:

    1 Tawarik 5:1

    Anak-anak Ruben, anak sulung Israel. Dialah anak sulung, tetapi karena ia telah melanggar kesucian petiduran ayahnya, maka hak kesulungannya diberikan kepada keturunan dari Yusuf, anak Israel juga, sekalipun tidak tercatat dalam silsilah sebagai anak sulung.

    Dibagian lain dalam Alkitab, tepatnya dalam Yeremia 31:9, dengan lebih jelas disebutkan bahwa keturunan Yusuf yang dimaksudkan oleh Allah adalah Efrayim yang sebenarnya adalah adik dari Manasye, anak sulung Yusuf.

    Yeremia 31:9 

    Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.

    Kejadian dramatis tersebut dapat dilihat ketika Yakub memberkati Efrayim sebagai yang sulung, sehingga membuat Yusuf tidak enak hatinya, sebagaimana tercatat dalam Kejadian 48:17-19 sebagai berikut:

    Kejadian 48:17-19

    • Ketika Yusuf melihat bahwa ayahnya meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim, hal itu dipandangnya tidak baik; lalu dipegangnya tangan ayahnya untuk memindahkannya dari atas kepala Efraim ke atas kepala Manasye.
    • Katanya kepada ayahnya: “Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya.”
    • Tetapi ayahnya menolak, katanya: “Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa.”
  5. Jadi, dalam kasus Kolose 1:15, Kristus disebut sebagai “πρώτοτοκος”, bukan dalam artian urutan kelahiran dari seorang ibu, melainkan dalam pengertian “status” sebagai “yang pertama” sebagaimana Efrayim menjadi yang sulung di antara Israel.

3. ANALISA KONTEKSTUAL KOLOSE 1:15-20

Analisa konteks dalam Kolose 1:15 tidak dapat dilepaskan dengan perikop dalam Kolose 1:15-20, yang menjelaskan tentang Kristus yang adalah gambar Allah yang adalah sang prototokos dari segala sesuatu, yang juga sebagai kepala atas gereja yang adalah tubuh-Nya. Secara lengkap, pernyataan Paulus dala Kolose 1:15-20 adalah berbunyi demikian:

LAI – ITB
  • Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
  • karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
  • Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
  • Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
  • Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
  • dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Tischendorf – Greek
  • ὅς ἐστιν εἰκὼν τοῦ θεοῦ τοῦ ἀοράτου, πρωτότοκος πάσης κτίσεως,
  • ὅτι ἐν αὐτῷ ἐκτίσθη τὰ πάντα ἐν τοῖς οὐρανοῖς καὶ ἐπὶ τῆς γῆς, τὰ ὁρατὰ καὶ τὰ ἀόρατα, εἴτε θρόνοι εἴτε κυριότητες εἴτε ἀρχαὶ εἴτε ἐξουσίαι· τὰ πάντα δι’ αὐτοῦ καὶ εἰς αὐτὸν ἔκτισται,
  • καὶ αὐτός ἐστιν πρὸ πάντων καὶ τὰ πάντα ἐν αὐτῷ συνέστηκεν.
  • καὶ αὐτός ἐστιν ἡ κεφαλὴ τοῦ σώματος, τῆς ἐκκλησίας· ὅς ἐστιν ἀρχή, πρωτότοκος ἐκ τῶν νεκρῶν, ἵνα γένηται ἐν πᾶσιν αὐτὸς πρωτεύων,
  • ὅτι ἐν αὐτῷ εὐδόκησεν πᾶν τὸ πλήρωμα κατοικῆσαι
  • καὶ δι’ αὐτοῦ ἀποκαταλλάξαι τὰ πάντα εἰς αὐτόν, εἰρηνοποιήσας διὰ τοῦ αἵματος τοῦ σταυροῦ αὐτοῦ, δι’ αὐτοῦ εἴτε τὰ ἐπὶ τῆς γῆς εἴτε τὰ ἐν τοῖς οὐρανοῖς.

Penjelasan lengkap mengenai kontekstual ayat-ayat dalam Kolose 1:15-20, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ayat 15

Membahas tentang kata “πρώτοτοκος” yang terdapat dalam Kolose 1:15, tentunya tidak dapat dilepas dari konteksnya, baik konteks dekat maupun konteks jauh. Dalam konteks terdekat, pernyataan Paulus tentang Kristus yang adalah “εἰκὼν τοῦ θεοῦ τοῦ ἀοράτου” (gambar Allah yang tidak kelihatan), dan “πρωτότοκος πάσης κτίσεως” (yang sulung dari segala ciptaan) mengacu pada ayat-ayat yang ada sebelumnya dan ayat-ayat yang sesudahnya sesudahnya, yang berbunyi sebagai berikut:

  1. Pernyataan Paulus dalam Kolose 1:15 jelas ditujukan kepada jemaat Tuhan di Kolose, sebagaimana dapat dilihat alurnya mulai dari tulisan Paulus dalam Kolose 1:9-14 yang menerangkan, bagaimana Paulus senantiasa berdoa dan kemudian mengucap syukur, karena Kristus telah melepaskan jemaat di Kolose dari kuasa kegelapan, dan kemudian memindahkannya ke dalam terang kerajaan Kristus, sehingga mereka dapat memperoleh penebusan dari dosa-dosa mereka.
  2. Sedangkan ayat dalam Kolose 1:15 tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan erat dengan ayat 16 dan ayat 17, yang menjelaskan tentang keberadaan Kristus dalam 3 aspek terpenting, yaitu:

1). Kristus: “sebagai pencipta dari segala sesuatu” (Ayat 16), dan

2). Kristus: “yang ada terlebih dahulu dari segala sesuatu” (Ayat 17), serta

3). Kristus: “Segala sesuatu ada di dalam Dia (ayat 17)

Berikut penjelasannya:

Ayat 16

Untuk dapat memahami ayat ini, sebelumnya ada yang perlu dicamkan baik-baik, yaitu: Ketika Paulus mengatakan frasa: “segala sesuatu”, maka perkataan Paulus ini harus benar-benar diartikan sebagai: “segala sesuatu”, termasuk alam duniawi (yang kelihatan) dan alam rohani (yang tidak kelihatan). Paulus menegaskankan bahwa mereka dibuat “di dalam Kristus” dan mereka dibuat “untuk Kristus.” Sekali lagi, Paulus memperkuat pernyataannya, bahwa Kristus adalah pusatnya dan orang-orang Kristen di Kolose harus mencari Kristus.

Perhatikan, frasa dalam ayat 16 dimulai dengan “ὅτι” dan memperkenalkan sebuah klausa yang exegetical dari klausa sebelumnya, yaitu: “anak sulung dari semua ciptaan”. Paulus menjelaskan apa artinya menjadi “anak sulung dari semua ciptaan”. Dan kata “ἐν αὐτῷ” telah membawa beberapa ketidaksepakatan dikalangan para sarjana teologi, sehingga para sarjana teologi tersebut memperdebatkan apakah itu bentuk “datif instrumental” atau bentuk “datif dari lokasi”. Perbedaan dari kedua bentuk datif tersebut sangat tajam, karena kalau diterjemahkan, maka pengertiannya menjadi demikian:

  • Datif Instrumental: “karena oleh [atau melalui] Dia segala sesuatu diciptakan …” versus,
  • Datif Lokasi: “karena di dalam Dia segala sesuatu diciptakan …”.

Untuk memahami dan menemukan maksud Paulus yang sebenarnya mengenai bentuk datif yang digunakan oleh Paulus, maka ada baiknya memahami terlebih dahulu 3 aspek gramatika Yunani di bawah ini:

“di dalam” Kristus sehingga tidak ada yang diciptakan tanpa Dia atau terlepas dari Dia.[9] Ini juga menyiratkan bahwa Kristus memiliki kuasa atas segala sesuatu, yaitu sebuah konsep yang diperkuat di paruh kedua dari ayat tersebut.[10]

Bentuk aorist tense yang digunakan menunjukkan bahwa penulis, yaitu: Paulus, memandang peristiwa ini secara holistik. “Πάντα” (hal-hal) disertai dengan artikel, yang tampaknya memperkuat fakta, bahwa keseluruhan dari segala sesuatu diciptakan di dalam lingkup Kristus. Tidak ada yang bisa “ada” di luar Kristus, dan konsep ini diulangi oleh Paulus ketika dia menggunakan merisme “ἐν τοῖς οὐρανοῖς” (di surga) dan “καὶ ἐπὶ τῆς γῆς” (dan di bumi). Ini adalah dua alam eksistensi yang disebutkan dalam Kitab Suci. Jadi sangat masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Paulus sedang menjelaskan, bahwa paulus bukan hanya sedang berbicara tentang hal-hal yang dapat diamati oleh mata manusia secara jasmani, tetapi Paulus juga sedang menjelaskan juga hal-hal yang tidak terlihat oleh mata jasmani manusia. Ini sekali lagi diklarifikasi oleh Paulus ketika dia mengatakan “τὰ ὁρατὰ καὶ τὰ ἀόρατα” (yang terlihat dan tidak terlihat).

Hal-hal lain yang juga terlihat adalah, ketika Paulus kemudian mengikutinya dengan daftar kata benda yang digunakan, termasuk kata “θρόνοι” (tahta), “κυριότητα” (kekuatan), “ἀρχαὶ” (penguasa), dan “ἐξουσίαι” (otoritas), masing-masing kata digabungkan dengan kata sambung “εἴτε” untuk membuat sebuah daftar. O’Brien pernah membuat suatu daftar urutan tentang hal ini, dan ia mengatakan bahwa pada dasarnya Paulus menegaskan “dari hal yang tertinggi sampai kepada hal yang terendah, semuanya tunduk kepada Kristus.”[11] Penyebutan yang dilakukan oleh Paulus, baik tentang alam spiritual maupun alam duniawi, kemungkinan besar merupakan suatu tanggapan terhadap adanya bidah Kolose. Jikalau orang-orang di Kolose mencari pemenuhan dan pencerahan spiritual dengan mencari makhluk lain selain Tuhan dari alam spiritual, maka mereka akan menyembah ciptaan daripada Sang Pencipta. Maksud Paulus di sini adalah, bahwa Kristus adalah yang tertinggi atas seluruh alam malaikat dan, khususnya, makhluk malaikat “tidak dapat menyaingi Kristus dengan cara apa pun.”[4]

Paulus melanjutkan dengan menegaskan bahwa “segala sesuatu dibuat melalui dia dan untuk Dia” (τα παντα δι ̓ αὐτοῦ καὶ εἰς αὐτὸν ἔκτισται). Kata kerja yang digunakan untuk kata diciptakan adalah kata “κτίζω”, kata yang digunakan disini adalah bentuk bentuk yang sempurna, sehingga sangat membantu kita untuk memahami, bahwa tidak hanya benda-benda yang diciptakan di masa lampau oleh Kristus, tetapi juga segala sesuatu berhutang kepada “ciptaan-Nya” yang berkelanjutan kepada Kristus. Kesempurnaan di sini tampaknya menunjukkan bahwa secara mutlak segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus dan semua keberadaan ciptaan ditopang oleh-Nya.                       

Ayat 17

Perkataan Paulus tentang eksistensi Kristus “sebelum segala sesuatu”, sedang mengingatkan kepada orang-orang Kolose tentang pra-keberadaan Kristus, yang menyiratkan keilahian Kristus. Lebih jauh lagi, Paulus jelas sedang menjelaskan, bahwa seluruh alam semesta ditopang oleh diri-Nya sendiri. Karena segala sesuatu ada “di dalam Kristus”, berarti Kristus adalah Dia yang memelihara tatanan penciptaan sampai kepada pembaruan akhir, dan akhir dari segala sesuatu.
Diawal Kolose 1:17, Paulus sekali lagi menekankan otoritas dan supremasi Kristus dengan menyatakan “Dia ada sebelum (di depan) segala sesuatu” (αὺτός ἐστιν πρὸ πάντων) dan “di dalam Dia segala sesuatu dipegang bersama” (τὰ πάντα ἐν αὐτῷ συνέστηκεν). Disini ada signifikansinya, sekali lagi, dalam bentuk yang sempurna dari kata “συνίστημι” (tetap bersama). Aspek statif yang digunakan Paulus di sini tampaknya menunjukkan, bahwa segala sesuatu dipegang oleh Kristus. Dalam hal ini, seorang bernama Coljin menyatakan hal ini dengan sangat baik:
Tetapi frase “di dalam dia” menunjukkan bahwa Yesus sendiri adalah perantara penciptaan, atau dasar persatuannya, sama seperti Dia adalah dasar persatuan orang Yahudi dan bukan Yahudi di dalam tubuhnya, yaitu gereja. (Ayat 18 mengikat dalam kesatuan ini dengan metafora kepala dan tubuh.) Dalam artian tertentu, Yesus mengandung penciptaan di dalam dirinya sendiri dan membuatnya terus berjalan.

Secara keseluruhan, dalam Kolose 1: 15-17 , Paulus memberikan pandangan yang sangat tinggi dan sangat mulia tentang Kristus. Segala sesuatu dibuat “untuk Dia”, “di dalam Dia”, dan “oleh Dia”. Seluruh struktur dari semua hal yang diciptakan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, secara terus menerus dipegang oleh Kristus. Segala sesuatu berada di bawah kuasa dan otoritas-Nya, dari sebelum permulaan segala sesuatu, dan hingga seterusnya.
Selanjutnya, penjelasan dalam Kolose 1:15 bukan berhenti sampai dengan ayat yang ke 17, melainkan berkaitan erat dengan klimaks penjelasannya dalam kolose 1:18-20. Disini Paulus menegaskan posisi Kristus sebagai “kepala tubuh, yaitu gereja” (ἐκκλησία), dan di dalam ayat 18, sekali lagi Paulus mengulang kata yang digunakan dalam Kolose 1:15, yaitu kata “πρώτοτοκος” yang jelas paralel dengan tulisan Rasul Yohanes dalam Wahyu 1:5, tentang Kristus adalah “yang pertama bangkit dari kematian” (πρωτότοκος ἐκ τῶν νεκρῶν). Dan selanjutnya, dalam ayat 19-20, Paulus menegaskan keberadaan Kristus dengan istilah “kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kristus)”, dan “segala sesuatu diperdamaikan dengan diri-Nya (Kristus)”.

Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif, maka perhatikan apa yang dijelaskan oleh Paulus dalam ayat 18-20 di bawah ini:

Ayat 18

Ketika Paulus menegaskan bahwa seluruh ciptaan dipelihara dan ditegakkan oleh Kristus, Paulus melanjutkan penjelsannya untuk memberi tahu orang-orang di Kolose, bahwa Kristus adalah “kepala tubuh, yaitu gereja”, sekali lagi ini mengingatkan kepada mereka, bahwa bersama dengan semua ciptaan-Nya, semuanya berada di bawah otoritas Kristus Yesus. Di tengah-tengah ayat 18, Paulus menyebutkan tentang kebangkitan Kristus dari antara orang mati dan memberikan tujuannya: “agar dalam segala hal Dia menjadi yang utama.” Kebangkitan Kristus memberi-Nya ketuhanan atas area terakhir, yaitu: kematian, dan bersamaan dengan itu, atas kekuatan spiritual yang dimilikinya, Paulus ingin memberitahukan, bahwa Kristus sedang berusaha untuk mengendalikan umat manusia dan ciptaan lainnya, termasuk dalam kematian. Kristus mengatasi mengatasi segalanya: dosa, kematian, dan melawan kekuatan spiritual dengan kebangkitan, akhirnya menunjukkan otoritas-Nya atas segala hal.

Di awal ayat 18, Paulus beralih ke apa yang dianggap oleh banyak orang sebagai akhir dari bait transisi dalam himne (ayat 17-18a).[14] Namun, ini sulit untuk dilihat. Pernyataan yang dibuat oleh Paulus dalam ayat 17 tampaknya mengalir dari konteks yang ada sebelumnya.[15] Memang benar, bahwa tema yang dibicarakan oleh Paulus kelihatan bergeser di ayat 18a. Pada saat yang sama, tampaknya agak berbeda dari yang berikut, sehingga dapat disimpulkan bahwa ayat 18a adalah pernyataan transisi dalam dan dari dirinya sendiri. Paulus berbicara tentang Kristus sebagai “kepala tubuh” (αὐτός ἐστιν ἡ κεφαλὴ τοῦ σώματος τῆς ἐκκλησίας).

Jelas, bahwa yang dimaksudkan tubuh oleh Paulus yang dirujuknya (τοῦ κληματος) adalah pertemuan “orang-orang percaya”, atau “gereja” (τῆςη ἐη ίας).[16] Tampaknya penempatan pernyataan ini dalam konteks menunjukkan bahwa, “tujuan penciptaan dan gereja terikat menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan bahwa maksud dan tujuan Allah bagi semua ciptaan ada dalam kehidupan jemaat gereja.”[17]                     

Pada titik ini, Paulus benar-benar beralih ke topik yang lain, yaitu menunjuk kepada: “Hasil dari kematian dan kebangkitan Kristus”. Paulus  menyatakan “ὅς ἐστιν ἀρχή, πρωτότοκος ἐκ τῶν νεκρῶν” (Dia adalah permulaan, yang sulung dari kematian). Kata “ἀρχή”, seperti halnya kata “πρωτότοκος” yang terdapat dalam ayat. 15, berfungsi dengan nuansa yang tidak biasa terlihat. Kristus, menjadi manusia pertama yang bangkit dari kematian telah mencapai sesuatu yang tidak dimiliki manusia sebelumnya, yaitu: “menaklukkan kematian”.[18]

Klausa kata “ἵνα” yang digunakan berikut adalah tujuan di balik Kristus menjadi yang sulung dari antara orang mati: “agar dalam segala hal Ia menjadi yang tertinggi.” Supremasi Kristus adalah hasil dari-kebangkitanNya. Suasana pengandaian “γίνομαι” mungkin “menjadi”  di sini dapat menyiratkan dua hal:                        

  • Paulus sedang berbicara dari sudut pandang sebelum kematian dan kebangkitan, dan Kristus melihat ke depan, dengan tindakan menjadi yang tertinggi yang akan datang, atau
  • Kristus belum menjadi yang tertinggi tetapi akan menjadi yang tertinggi di masa mendatang. Topik yang dibahas disini adalah Kristus dan supremasi-Nya dan otoritas-Nya atas segala hal. Dalam hal ini, maka pengertiannya menjadi: Sampai kebangkitan-Nya, Dia tidak memegang otoritas atas satu bidang: kematian. Setelah kebangkitan-Nya, Dia menunjukkan bahwa Dia kemudian memiliki otoritas atas segala sesuatu, termasuk kematian. Jadi, pandangan pertama lebih masuk akal.

Ayat 19

Paulus kemudian melanjutkan untuk memperkuat kenyataan bahwa Kristus adalah Tuhan yang berinkarnasi dan mengatakan kepada orang-orang Kolose, bahwa semua kepenuhan-Nya tinggal di dalam Kristus. Ini bisa menjadi dorongan polemik lain ketika Paulus mencoba untuk menunjukkan kepada orang-orang Kolose bahwa, jika mereka ingin menyenangkan Tuhan, mereka akan mencari Kristus. Kristuslah yang benar-benar menyenangkan Tuhan, oleh karena itu mencari Kristus dalam segala kepenuhan-Nya akan menjadi tujuan orang Kristen. Lebih jauh, ini adalah pengingatkan kepada mereka bahwa, jika seseorang ingin mengenal Tuhan atau lebih memahami Dia, maka mereka akan mencari Kristus. Konsep ini tampaknya paralel dengan ayat 15, ketika Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah “gambar” Allah. Untuk mencari Tuhan dan mengenal Dia berarti mencari Kristus dan mengenal Kristus. Dalam hal ini, Paulus sengaja menghalangi orang-orang di Kolose untuk mencari pengertian rohani di tempat lain selain di dalam Kristus.

Frasa pertama yang digunakan Paulus dalam ayat 19 tersebut adalah, “ὅτι ἐν αὐτῷ εὐδόκησεν πᾶν τὸ πλήρωμα κατοικῆσαι”, frasa tersebut secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai berikut: “karena di dalam Dia semua kepenuhan senang tinggal.” Sekali lagi, dapat dikatakan bahwa “αὐτῷ” adalah dative of sphere, yang berarti semua kepenuhan senang tinggal “di dalam” Kristus. Ini secara alami menuntun seseorang untuk bertanya, “Apakah kepenuhan itu?” Para sarjana dengan tepat menegaskan di sini bahwa pengubah “dari Tuhan” harus disediakan untuk kepenuhan. Seseorang bernama Garland mencatat bahwa “kepenuhan” adalah sebuah batasan bagi Tuhan: Tuhan berkenan untuk tinggal secara penuh dan permanen hanya di dalam Kristus. Kristus menggantikan bait suci, atau rumah lain yang dibuat dengan tangan, dan mewakili Tuhan secara pribadi. ” Tampaknya ini sejalan dengan apa yang kemudian dikatakan oleh Paulus dalam suratnya: “Karena di dalam dia [Kristus] seluruh kepenuhan keilahian diam secara jasmani.” Berkenaan dengan pengertian “sangat senang” (εὐδόκησεν), sebenarnya Paulus dapat merujuk ke Mazmur 68:16, yang juga menggunakan kata kerja “senang” (eudokeο) dengan infinitif’ untuk tinggal (katoikein) … 

Selanjutnya, terlepas dari itu, tampaknya “kepenuhan” yang dimaksudkan oleh Paulus mengacu pada Tuhan sendiri. Sebelumnya, hadirat Tuhan berdiam di bait suci. Namun, situasi ini telah berakhir. Manifestasi kehadiran Tuhan bukan lagi di dalam sebuah bangunan, tetapi sekarang menjadi seseorang, yaitu: Yesus Kristus. Lebih lanjut, perlu dicatat bahwa kata “πᾶν” (semua) memodifikasi kata “kepenuhan”, sehingga tidak ada keraguan lagi bahwa situasi eksklusif telah diciptakan di mana frasa “τὸ πλήρωμα” hanya ditemukan di dalam Kristus.46 Ini sepertinya Paulus sedang berpolemik dengan ajaran sesat di Kolose, bahwa “kepenuhan” yang sejati dapat dialami melalui filsafat dan ajaran yang salah.

Ayat 20

Akhirnya Paulus menyelesaikan lima ayat “himne” ini dengan memohon kepada karya Kristus di kayu salib. Tindakan penyaliban-Nya sepenuhnya cukup untuk mendamaikan segala sesuatu dengan Tuhan. Ini bisa jadi merupakan upaya Paulus untuk mengingatkan orang-orang di Kolose, bahwa jika darah Kristus cukup untuk mendamaikan mereka dan seluruh kosmos dengan Tuhan, maka itu sudah pasti cukup untuk mendamaikan mereka masing-masing dengan Tuhan. Sekali lagi, Paulus mengingatkan mereka untuk percaya kepada karya kesempurnaan Kristus dan menyadari bahwa damai, baik untuk ciptaan dan untuk individu, dapat ditemukan hanya di dalam Kristus dan Kristus saja.

Keberadaan ayat 20 sebenarnya melanjutkan pernyataan sebelumnya dari ayat 19, dengan mengatakan: “καὶ δι ‘αὐτοῦ ἀποκαταλλάξαι τὰ πάντα εἰς αὐτόν” (dan melalui dia untuk mendamaikan dengan dirinya sendiri segala sesuatu). Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah karya Kristus di kayu salib telah mendamaikan semua ciptaan, termasuk mereka yang tidak mengaku beriman kepada-Nya dengan diri-Nya sendiri dalam konsep semacam universalisme? Yang terpenting di sini adalah mempertimbangkan konteks, baik dalam skala sempit maupun dalam skala yang lebih luas. Bagian itu sendiri sedang dan telah berurusan dengan supremasi dan otoritas Kristus atas semua ciptaan-Nya. Meskipun ada kemungkinan, bahwa Paulus telah mengalihkan penekanan soteriologisnya kepada kemanusiaan pada titik ini, itu sangat tidak mungkin. Rekonsiliasi mengacu hanya pada pemulihan hubungan yang benar antara Kristus dan ciptaan. Itu tidak mengacu pada rekonsiliasi manusia saja, tetapi pada semua hal.[20] Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa file bahasa rekonsiliasi yang digunakan oleh Paulus tidak dapat mencakup semua hal secara mutlak karena bahasa yang digunakan Paulus dalam ayat 15 telah menjelaskan bahwa Kristus telah menaklukkan, atau telah mengalahkan, kekuasaan dan otoritas. “Dosa telah merusak karya Kristus dalam penciptaan, tetapi Kristus datang untuk membatalkan konsekuensinya dan membawa kerukunan di alam semesta yang tidak selaras dengan Tuhan.”

Dalam hal ini, paulus menggunakan kata “ἑαυτῷ”, bukan untuk dirinya sendiri, sebagaimana yang digunakan dalam 2 Kor 5:18, 19. Mengenai hal itu, tidak ada keberatan dari para sarjana teologi, karena (1) εἰς + mnrt. mungkin berdiri untuk dat.; dan (2) jelas αὐτόν bisa berfungsi sebagai refleksif (lih. Metzger 616 dalam edisi pertama; Z 211; ZG 604) … ”[21]           

Inilah yang dimaksud dengan baris berikut yang ditulis oleh Paulus: “εἰρηνοποιήσας διὰ τοῦ αἵματος τοῦ σταυροῦ αὐτοῦ” (membuat perdamaian dengan darah salib-Nya). Namun, jelaslah bahwa kedamaian ciptaan belum sepenuhnya sempurna. Kita hanya perlu melihat berita utama dan melihat bahwa ribuan orang meninggal karena bencana alam setiap tahun. Jelas, ini bukanlah kedamaian di Eden yang semula dirancang Tuhan sebagai sesuatu yang “sangat baik”.

Terakhir, Paulus menyimpulkan tulisannya dalam ayat 21 dengan “εἴτε τά ἐπί τῆς γῆς εἴτε τὰ ἐν τοῖς οὐρανοῖς” (baik di bumi atau di surga). Di sini Paulus sedang menekankan kematian dan kebangkitan Kristus yang cukup untuk membawa segala sesuatu di bawah pemerintahan-Nya yang berdaulat. Ini termasuk hal-hal yang merupakan bagian dari alam material maupun yang bukan materi. Paulus memperkuat konsep bahwa Kristus adalah Tuhan, bahkan di alam roh dan telah membebaskan orang Kristen dari perbudakan rohani: “Singkatnya – sejak Pentakosta – dunia telah menyaksikan efek dari penebusan pengganti lintas pidana yang secara pribadi mendamaikan gereja dengan Tuhan dan Christus”. Kemenangan Kristu telah membebaskan orang Kristen dari perbudakan tipuan roh-roh elemental.[22] Konsep inilah yang coba disampaikan oleh Paulus untuk memerangi bidah Kolose.

Kesimpulan

Pola pikir postmodern tampaknya sedang berusaha untuk mengumpulkan berbagai aspek dari berbagai filosofi dan agama, dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan individu dengan cara menggabungkan berbagai bagian tersebut ke dalam semacam peleburan atau sinkretistik.[39] Manusia berpikir, bahwa filosofi bermanfaat bagi manusia untuk memecahkan masalah mereka, dan itu dianggap sebagai suatu unsur yang diperlukan oleh pandangan dunia secara keseluruhan.         

Dalam hal ini, Paulus tidak sedang bicara tentang masalah yang dihadapi oleh individu. Perkataan Paulus merujuk kepada individu dan bukan individu, yang pusatnya adalah sang “πρωτότοκος”,yaitu Kristus。Paulus telah menjelaskana bahwa semua ciptaan dibuat di dalam “πρωτότοκος”, melalui “πρωτότοκος”, dan untuk “πρωτότοκος” yang adalah Kristus. Keseluruhan alam semesta, termasuk alam spiritual yang tidak terlihat, berada di bawah kekuasaan dan otoritas sang “πρωτότοκος”. Dia sang “πρωτότοκος”  menjunjung tinggi segalanya, mulai dari yang terkecil kecil sampai kepada yang terbesar besar. Apa yang sang “πρωτότοκος” telah lakukan, yaitu mulai dari kehidupannya di bumi hingga dengan kematiannya, dan kebangkitannya kembali dari kematian,telah menjadinya sebagai yang sulung diantara orang yang mati. Itu berarti, Kristus telah mendamaikan segala sesuatu dengan Tuhan. Pemahaman yang lebih dalam dan lebih bermakna tentang tujuan individu dalam hidup ini, atau bahkan terhadap semua ciptaan,tidak dapat dipahami di luar kehidupan di luar Kristus. Semua jawabannya hanya dapat ditemukan di dalam Kristus,hanya dengan Kristus dan hanya di dalam Kristus.

Jadi sebagai kesimpulan, frasa yang tertulis dalam Kolose 1:15 tidak berarti bahwa Kristus adalah mahkluk yang diciptakan. Sebaliknya, kata Yunani “πρωτότοκος” atau “yang sulung” mengandung makna dalam PL (Perjanjian Lama) yang sering diberikan kepada kata ini:

  • Pertama dalam status atau kedudukan, yaitu sebagai “ahli waris” atau yang “tertinggi” (mis. Kel 4:22; Yer 31:9; Mazm 89:28, di mana kata “yang sulung” dipakai tentang kedudukan Daud sebagai raja, meskipun Daud bukan anak yang sulung dari kelahiran seorang ibu).
  • Sebagai Putra Allah yang abadi, Kristus adalah “πρωτότοκος”, atau ahli waris dan penguasa atas segala ciptaan (bd. ayat Kol 1:18; Ibr 1:1-2).

Selesai。

                        

Footnote

[1] For an overview of the conversation in more recent times, see Larry R. Helyer, “Recent Research on Col 1:15-20 (1980-1990),” GTJ 12, no. 1 (Spring 1991), 51-67                       

[2] Larry R. Helyer, “Cosmic Christology and Col 1:15-20,” JETS 37, no. 2 (June 1994), p. 237.

[3] ibid.

[4] Randy Leedy on Diagramming, New Testament Greek Guy, Bibleworks 10.

[5] An Expository Dictionary of Old Testament Words is puhlished in the United Kingdom by Marshall, Morgan & Scott, Publications, Ltd.

 [6] Greek Dictionery Online, LJS 1940. Internet:  https://outils.biblissima.fr/fr/eulexis-web/?lemma=%CF%84%CE%BF%CE%BA%CE%BF%CF%82&dict=LSJ

 [9] Peter T O’Brien, Word Biblical Commentary Volume 44 (1982), 45, 47. He also encourages the reader to cf. Eph. 1:10 to see that “It was the Father’s intention that all things should be summed up in Christ”.

[10] David E. Garland, The NIV Application Commentary (1998), 88.

[11] Peter T O’Brien, Word Biblical Commentary Volume 44 (1982), 46-47.

[12] Moo, The Pillar New Testament Commentary (2008), 123.

[14] Moo, The Pillar New Testament Commentary (2008), 126.

[15] There is also some talk regarding the use of τὰ πάντα and how it seems to be a play on words throughout the hymn. The word is still in use in v. 17, albeit in its plural form (πάντων).

[16] Peter T O’Brien, Word Biblical Commentary Volume 44 (1982), 49. It should be mentioned that it seems the current majority view is that the entire cosmos is in view when Paul uses the word σῶμάτος, with Christ as the κεφαλή. According to this view, “the universe is governed and held together by this head; it was founded and established in him alone.” Douglas J. Moo, The Pillar New Testament Commentary: The Letters to the Colossians and to Philemon (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2008), 127-128, mentions that κεφαλή here is used to describe the authority of Christ over the church. There is much discussion about whether κεφαλή can also mean “source,” most of which surrounds passages stating the husband is the head (κεφαλή) of the wife. If κεφαλή could mean “source,” one could agree with Fowl, The Story of Christ, p. 112-113, quoted by Moo as saying Christ is “the locus of the church’s unity and coherence, the source of the church’s sustenance and direction.” While the statement in and of itself may be true, it is not necessarily true on the grounds that κεφαλή means “source.”

[17] David E. Garland, The NIV Application Commentary (1998), \ 91.

[18] Peter T O’Brien, Word Biblical Commentary Volume 44 (1982), 50.

[20] Moo, The Pillar New Testament Commentary (2008), 135.

[21] Murray J. Harris, Exegetical Guide to the Greek New Testament (Nashville, TN: B&H, 2010), 46. Contrary to this view is 50 Douglas J. Moo, The Pillar New Testament Commentary: The Letters to the Colossians and to Philemon (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2008), 133-34, stating that a more literal translation would be “God has reconciled all things to Christ.” While Χριστος is not found here, αὐτόν is, and it is not a reflexive pronoun. The referent then would be the subject back in v. 13 – τοῦ ὑιοῦ, “the Son.” This would uphold the Christological focus of the passage.

[22] David Schrock, “The Cross in Colossians: Cosmic Reconciliation through Penal Substitution and ‘Christus Victor’,” SBTJ 17, no. 3 (Fall 2013), 44.

[39] Stephen J. Wellum, “Editorial: The Glory of Christ in Colossians,” SBTJ 17, no. 3 (Fall 2013), 2-3 gives a short argument that we are facing a similar syncretism as the Colossians in Paul’s time. He notes that people do not reject truth outright, but mix the truth of God with other untruths and half-truths.

Share:
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on google
Share on whatsapp
Share on email
error: